“Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.” --- Lukas 2:40
Kelahiran baru seseorang ditandai oleh rohnya yang mengalami kebaruan di dalam Kristus Yesus. Sebab oleh iman yang aktif, seseorang dituntun pada jalan solutif yang memberikan ketenangan, kekuatan dan harapan saat menjumpai aneka hambatan dan kesulitan. Hal itu seiring dengan kestabilan gaya kuda-kuda kedua kaki seorang yang memiliki iman meski sebesar biji sawi, hingga ada perilaku yang dominan untuk mengarahkan kebatinan pada tangan dan hati yang terbuka akan Allah Bapa.
Dengan demikian fakta tentang jiwa yang banyak dipenuhi oleh memori luka-luka batin dan beratnya beban kehidupan akan diimbangi oleh ungkapan syukur yang keluar dari mulut dan hati setelah proses pengendapan ayat-ayat emas dari Sabda-Nya yang dicecap dan dimaknai sebagai urapan Tuhan yang datangnya dari atas.
Seperti Hana, selalu memupuk harapannya untuk bertemu dengan Sang Mesias yang ia nantikan. Ia menerapkan pola disiplin dalam dirinya lewat latihan kerohanian dengan berpuasa dan berdoa yang lebih intens dan berbobot. Praktik menyangkal diri untuk bisa mengikuti Yesus dialasi oleh sikap menyongsong berkat agar dirinya lebih pantas dan diakhiri dengan siap mati dalam kelegaan yang ditandai damai sejahtera dalam dirinya setelah berjumpa dengan Bayi Yesus.
Pertanyaan refleksi bagi kita, apakah kita sudah belajar untuk bertindak dan peduli pada saudara-saudari yang lemah dan miskin? Jawaban dari tugas perutusan kita masing-masing dijawab secara pribadi dalam perjuangan untuk bertumbuh dan berkembang secara rohani. Tindak lanjutnya ditandai dengan kasih karunia Tuhan yang dicurahkan pada kita supaya kita mampu menghadapi setiap hambatan dan halangan. Dengan demikian perwujudan sikap iman yang aktif hanyalah tertuju pada pengharapan akan Tuhan Yesus, Sang Juru Selamat yang didampingi oleh Ibu Tuhan yang peranannya juga sangat strategis, terutama lewat mukjizat perdana yang Yesus lakukan.
Dengan demikian teladan Bunda Maria, sangat menarik dan membimbing setiap kita untuk menjadi abdinya, dengan terus menunjukkan bahwa menghadirkan Kristus terutama di dalam keluarga menjadi dasar pijakan untuk pergi melangkahkan kaki dan melayani sesama. (Bonaventura Hermawan)

0 Komentar