Unordered List

6/recent/ticker-posts

LEPANBATA : Selalu Ada Rindu Untuk Kembali


                                


“Mereka datang karena cinta meski kembali dengan luka. Sebuah pengorbanan cinta yang terkhianati karena ego dan mau menang sendiri.”

Tragedi cinta di stadion Apebuan-Sukutokan sore hari ini (Minggu, 24-Agustus, 2025) menunjukkan dengan jelas bahwa kita belum mampu menjadikan pertandingan sepakbola sebagai gelekat. Makna gelakat adalah cinta, sebuah pemberian diri. Bahwa ada ambisi untuk menang dalam pertandingan tersebut, itu adalah mimpi besar semua team. Namun apalah artinya mimpi besar itu jika kita sendiri sebagai team tidak mampu bermimpi untuk mengalah ego dan mental “kelahi” karena tidak mau kalah.

Kemenangan sejati adalah menghargai kemenangan yang lain dan menerima kekalahan sendiri. Itulah cinta yang adalah Gelekat. Stadion megah Apebuan yang menjadi rahim melahirkan gelekat, sore hari ini dirobek oleh kekalahan cinta dan kemenangan keegoisan yang bermuara pada mental kelahi karena tidak mau kalah dan susah menerima kemenangan team lain. Menyedihkan dan memperihatinkan!!

Kejadian tragis sore hari ini menjadi sebuah tikaman pilu sebagai anak Adonara yang selalu mengalami cinta dari insan tanah Lepanbata. Selalu ada cinta yang membawa kakiku melangkah menjenguk tanah Lepanbata. Setiap kali cuti, langkah kaki ini tak pernah terlewatkan untuk menjengung ruang-ruang bathin insan penyejuk jiwa karena cinta di seputaran kota Lewoleba,hingga menyusuri pesisir pantai menuju Tokojaeng, Hadakewa dan kembali berlabuh di tanah pasir putih Mingar.

Ya tanah Lepanbata menjadi tanah kedua bagi saya untuk melabuhkan rindu berpadu cinta dalam kehangatan persaudaraan dan kekeluargaan. Dan ketika menyaksikan tragedi cinta sore hari ini, hati dan cinta ikut terkoyak merenda rasa malu karena sebuah pengorbanan tanpa batas mengarungi gelombang lautan demi Gelekat di tanah bermahar gading, cinta harus dikhianati oleh gelombang kemarahan yang membawa darah, luka dan sakit kembali ke tanah Tuak Wutun-Roko Kolipadan.

Kaki yang seharusnya menjadi langkah cinta dan tangan sejatinya menjadi pelukan rindu seketika berubah menjadi tendangan bagai gelombang arus Watowoko yang menghantam perjalanan cinta insan Roko Kolipadan dan menjadi tinju yang mematikan bagai hantaman tsunami meluluhlantahkan rumah cinta stadion Apebuan.

Jika saja ada rindu yang selalu memanggil untuk kembali maka rindu itu sejatinya dimainkan dalam tarian gocekan si kulit bundar dan pelukan persaudaraan ketika ada gesekan dan  bukan  perkelahian hingga melukai dan membahayakan nyawa. Apebuan yang sejatinya menjadi saksi pertemuan rindu dan cinta kini berbalut duka lantaran di rahimnya ada darah, luka dan sakit karena tak ada pengorbanan cinta untuk mengakui kekalahan dan kehilangan rindu untuk mengucapkan selamat kemenangan.

Roko Kolipadan, terimakasih, tragedi sore hari ini telah menghangatkan rinduku kembali untuk mengalami kesejukan cinta tanah Lepanbata. Dan maaf setulusnya untukmu karena belum bisa membalas Gelekat, Cintamu dalam sebuah simphoni rindu dan cinta persaudaraan sejati: Gelekat untuk mengalahkan ego dan berani mengakui kalah serta jujur mengapresiasi kemenangan.


Sampit: 24-Agustu, 2024

Tuan Kopong msf

Posting Komentar

0 Komentar