KUPANG,
Gagas Indonesia Satu.com
Bertepatan dengan pengingatan Pesta Santu Petrus dan Paulus, Stasi Santu Petrus Haukoto Paroki Sancta Familia Sikumana, Kota Kupang dinaikkan statusnya menjadi kuasi paroki setelah 56 tahun berdiri. Acara sukacita tersebut dilaksanakan dalam sebuah perayaan ekaristi di kapela setempat dipimpin oleh Yang Mulia Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni, pada hari Minggu, 29 Juni 2025.
Peningkatan status tersebut ditandai dengan pembacaan dan penyerahan Surat Keputusan Uskup Agung Kupang, Nomor 01/KAK/VI/2025, tertanggal 29 Juni 2025 oleh Sekretaris Jendral Keuskupan Agung Kupang, RD Erik Fkun. Dengan demikian maka Paroki Sancta Familia Sikumana, seperti diakui Pastor Parokinya, RP Sebast Wadjang, SVD, usai perayaan ekaristi, telah memiliki seorang ‘anak’ yakni Paroki St. Fransiskus dari Asisi Kolhua, Kota Kupang, dan dua orang ‘cucu’ yakni Kuasi Paroki Santu Petrus Kuaputu dan Kuasi Paroki Santu Petrus Haukoto.
“Kuasi Paroki Santu Petrus Haukoto ini adalah cucu kedua
Paroki Sancta Familia Sikumana, setelah cucu pertama Kuasi Paroki Kuaputu dan
anak pertama Paroki Santu Fransiskus Kolhua”, ujarnya disambut tepuk tangan
meriah oleh umat yang memadati gedung kapela setempat.
Tepuk tangan meriah dilakukan beberapa kali dalam acara tersebut sebagai wujud kegembiraan umat menyambut status baru tersebut. Bahkan Pastor Kuasi Paroki Santu Petrus Haukoto, RD Yakobus Longa berharap agar secepatnya ditingkatkan lagi statusnya menjadi paroki definitif dalam waktu yang tidak terlalu lama.
“Kita berharap tahun depan status kuasi sudah bisa ditingkatkan lagi menjadi paroki definitif”, ujar pastor yang dikenal luas dengan sapaan Romo Yalo ini sebelum mengakhiri laporannya. Dijelaskan, Kuasi Santu Petrus Haukoto resmi berdiri sejak 56 tahun lalu tepatnya tahun 1969 yang awalnya berpindah-pindah tempat. Sejak tahun 1975, semua kegiatan stasi dilaksanakan di tempat yang sekarang dibangun kapela dengan tanah yang sudah memiliki sertifikat atas nama Keuskupan Agung Kupang dari hasil hibah oleh para tokoh masyarakat Haukoto dan sekitarnya. Per Desember 2024, jumlah umat tercatat sebanyak 1.378 jiwa yang tersebar di 11 kelompok umat basis dan 4 wilayah.
Sementara tak jauh dari pusat kuasi ini ada
pula Kapela Naioni dengan jumlah jiwa sebanyak 312 orang. Dari umat yang ada
95% umat sudah menerima sakramen inisiasi. “Mudah-mudahan tahun depan Yang
Mulia berkenan hadir di sini untuk menerimakan Sakramen Krisma kepada umat
Haukoto”, pungkas imam muda ini berharap.
Menanggapi permintaan agar peningkatan status kuasi menjadi paroki secepatnya, Mgr. Hironimus Pakaenoni mengingatkan dewan pastor setempat agar membenahi secara baik secara internal hal-hal prinsip yang harus dilakukan oleh para pastor seperti yang disampaikan oleh ‘opa’ Pastor Paroki Sancta Familia Sikumana tentang kurang lebih enam bidang kerja pastor di paroki yang mencakup pewartaan, liturgi, pastoral kategorial, keuangan dan harta benda, kerja sama dan koordinasi, dan administrasi paroki.
“Jika mau secepatnya menjadi paroki, benahi secara serius hal-hal itu termasuk keuangan paroki; jangan pastor sekaligus menjadi bendahara, ada orang lain yang dipercayakan sehingga transparansi selalu ada”, tegas mantan pembina Seminari Tinggi Santu Mikhael Penfui Kupang ini.
Jika tidak demikian, lanjutnya, jangan berharap secepatnya menjadi paroki. “Manajemen yang transparan dalam hal keuangan sangat diperlukan karena bisa menimbulkan konflik yang berakibat umat kian menjaih dari gereja, bisa-bisa menunggu sampai 56 tahun kemudian untuk bisa menjadi paroki”, ujar Uskup Roni sedikit berseloroh disambut gelak tawa para hadirin.
Ia juga berharap agar para pastor dan umat senantiasa menjadikan Santu Petrus dan Paulus, sebagai dua sokoguru yang menjadi landasan dan panutan meskipun harus mengalami tantangan yang tidak sedikit seperti kecewa, perlawanan, dan banyak lagi. Setelah berkat pertolongan Yesus, keduanya mengalami pembebasan untuk selanjutnya melaksanakan misi gereja. Petrus menjalankan misa internal gereja sedangkan Paulus untuk misi di luar gereja. “Keduanya mewariskan kepada kita pembebasan dan tugas kita adalah membebaskan dunia namun kita harus mengalami pembebasan terlebih dahulu”, tukas Uskup Roni . (Mariana AIAS *)
0 Komentar