Unordered List

6/recent/ticker-posts

Kisah Haru Adik Kandung Paus Fransiskus, Maria Elena Bergoglio

                                        

                                        

Argentina, Gagas Indonesia Satu.com 

Ketika Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus pada tahun 2013, dunia tercengang—tetapi mungkin tak seorang pun lebih tercengang daripada adik perempuannya, María Elena Bergoglio.

Sebagai satu-satunya saudara kandung yang masih hidup dari paus yang baru terpilih, reaksi María Elena sangat personal sekaligus sangat manusiawi.

Pada saat konklaf, María Elena tengah sibuk dengan rutinitas hariannya di Buenos Aires. Ia mengenang, "Saya sedang mencuci piring ketika mendengar 'Habemus Papam' (Pengumuman resmi Vatikan tentang terpilihnya paus baru; habemus papam berarti: kita sudah punya paus baru).

Saya duduk di depan televisi, tidak pernah membayangkan bahwa itu adalah saudara laki-laki saya.

Ia telah mengatakan kepada saya sebelum pergi, 'Chau nena, hablamos a la vuelta' ('Sampai jumpa nena, kita bicara nanti saat aku kembali').

Ketika ia melihat saudaranya melangkah ke balkon Basilika Santo Petrus, ia yg diliputi emosi, mengenang momen itu dan berkata, "Saya mulai menangis dan tak bisa berhenti; emosi menguasai saya."

Meskipun usianya dua belas tahun lebih muda dari kakaknya, perbedaan usia tersebut tidak menghalangi hubungan dekat mereka. Mereka memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat, yang terpupuk selama bertahun-tahun.

Namun, kenaikan jabatannya menjadi paus membawa dinamika baru. María Elena mengakui bahwa ia telah berdoa agar ia tidak terpilih sebagai paus, karena ia memahami tanggung jawab dan perubahan besar yang akan terjadi dalam kehidupan keluarga dan hubungan mereka. 

Pada tahun-tahun setelah keterpilihannya, María Elena tidak menonjolkan diri, memilih untuk tidak muncul di depan publik.

Ia melanjutkan hidupnya di Argentina, menghargai kenangan dan percakapan pribadi yang ia lakukan dengan kakaknya. 

Ketika Paus Fransiskus mulai melaksanakan peran dan tugas globalnya, María Elena mendukungnya dari jauh, bangga namun menyadari pengorbanan pribadi yang harus dilakukan kakaknya itu dalam jabatannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesehatan María Elena menurun.

Sayangnya, karena kesehatannya itu dan terutama karena protokol dan tuntutan kepausan, maria tidak dapat bertemu kembali secara langsung sebelum sang kakak meninggal.

Keinginan yang tidak terpenuhi untuk sebuah pelukan terkahir dan kehangatan kekeluargaan menggarisbawahi pengorbanan paus fransiskus maupun keluarga paling dekatnya. 

Kisah María Elena ini menyegarkan ingatan kita tentang keluarga-keluarga katolik yang mempersembahkan putra-putrinya kepada gereja dan pelayanan. Keluarga-keluarga yg merelakan kebersamaan, keakraban dan kehangatan keluarga, mengingat tugas mulia yang ditaruh pada pundak putra/putrinya tercinta. 

Kalau anda melihat suster, kalau anda melihat bruder, kalau anda melihat pastor, kalau anda melihat uskup, kalau anda melihat pelayan pastoral, berdoalah bagi mereka juga bagi keluarga mereka yang sering menanggung rindu dan pilu di rumah.

Dan untuk sekarang ini juga, berdoalah untuk María Elena. Seperti dilaporkan, ia baru saja tiba di Vatikan.

Sc. Father Troy 



Posting Komentar

2 Komentar

  1. Bahagia kekal di Surga Bapa Paus Fransiskus terimakasih.
    Bersaudara tersisah dan terpisah. Waktu yang akan mempertemukan kembali dalam nama Tuhan. Sedih.

    BalasHapus
  2. makasih komentar teman Yoce salm buat keluarga di p besar

    BalasHapus