Unordered List

6/recent/ticker-posts

30 Frater Ditahbis Jadi Diakon

 



KUPANG, Gagas Indonesia Satu.com

Bertepatan dengan perayaan pesta Maria Mengunjungi Elisabeth, Uskup Keuskupan Atambua, NTT, Mgr. Dominikus Saku, Sabtu, 31 Mei lalu menahbiskan 30 orang frater menjadi diakon di Kapela Seminari Tinggi Santu Mikhael Penfui Kupang. Mereka terdiri dari 12 orang dari Keuskupan Agung Kupang, 8 orang dari Keuskupan Atambua, 8 orang dari Kongregasi Misionaris Claretian (CMF), sedang Keuskupan Weetabula Sumba dan Ordo Carmelitian Discaltouro (OCD) masing-masing seorang. Acara tahbisan tersebut dihadiri oleh puluhan imam termasuk pimpinan CMF dan OCD, sejumlah undangan seperti Sekda Provinsi NTT yang mewakili Gubernur NTT, Plt. Sekda Kabupaten Kupang yang mewakili Bupati Kupang, dan ratusan umat termasuk para orang tua dan keluarga para diakon.


                                                

                                                                       Christian D. J Sogen 

Dua belas diakon asal Keuskupan Agung Kupang adalah Agustinus R. Wenger, Alfonsius L. Tafuli, Andronikus P. Bouk, Christian D. J. Sogen, Desiderius M. Taena, Edmario Da Cunha, Emilius M. M. Owa, Januario E. Namal, Klaudius A. B. Riang Hepat, Martinus R. Laga Wawin, Petrus K. Taltoh, dan Redemptus L. Pati. Dari Keuskupan Atambua masing-masing Agustinus T. Sasi, Beatus R. Seran Moruk, Delfianus A. Jeri Nahas, Handrianus A. Nahak, Marianus T. Nainalf, Rafael Bani, dan Yakobus A. A. Bauk. Para diakon dari Kongregasi CMF masing-masing Agostinho de Rego, Andreas E. Seran Nahak, Karolus K. Guru, Petrus K. Bheo, Stevendus M. Taek, Theofilus Woi, Wibaldus K. Tahu, dan Yohanes E. Chabo. Sementara dari Keuskupan Weetabula atas nama Ferdianus Gato Ma dan Frederikus C. Afean Pah dari OCD.

Berkenaan dengan peristiwa kunjungan Maria kepada Elisabeth, Uskup Atambua, Mgr. Dominikus Saku dalam kotbahnya menekankan perihal kekuatan dalam sebuah perjumpaan dan kekuatan dari kata-kata yang diucapkan. Sebuah perjumpaan, menurutnya, memiliki kekuatan yang tidak sepele dan bahkan luar biasa. “Para diakon yang ditahbiskan dan mendapat tugas suci diharapkan berjumpa di dalam Tuhan yang akan mendatangkan rahmat dan menjadikan semua umat manusia terselamatkan.”

Tentang kekuatan dari kata-kata, mantan pembina di Seminari Tinggi Santu Mikhael ini meminta umat khususnya para diakon untuk tidak mengumbar kata-kata dalam menjalankan tugas namun fokus pada hal utama yang menjadi tujuan. “Bicaralah seperlunya saja sebagai bagian dari mewartakan kasih sukacita supaya nama Tuhan dimuliakan melalui kata-kata kita dan keselamatan banyak orang semakin diupayakan.” Karena, tambah Uskup Domi Saku, dari perjumpaan dan kata-kata akan mendapatkan mahkotanya ketika membiarkan semuanya larut dalam doa. “Jangan berhenti hanya pada menjanjikan doa namun sungguh mendoakan siapa saja terutama mereka membutuhkannya.” Tegasnya.


                                            

Uskup lebih lanjut juga berharap agar para diakon yang ditahbiskan melayani mereka yang terpinggirkan dan kaum difabel, mereka yang sering kali tidak disapa, dan mereka yang ‘miskin’ dalam berbagai bentuknya. Pelayanan di sekitar altar, menurutnya, sangat mudah, namun yang lebih rumit adalah altar yang diperluas ke dunia yaitu altar dunia yang begitu kompleks dengan kebutuhan yang beragam. “Para diakon harus menjadi tangan Tuhan untuk situasi-situasi tersebut.  

Di penghujung kotbahnya, Uskup Saku berharap 30 frater yang ditahbiskan menjadi diakon hari ini, pada saatnya nanti 30 orang juga akan ditahbiskan menjadi imam dan suatu saat kelak minimal ada tiga orang yang bisa menerima tahbisan episkopal. Amin. (Mariana Aprilia Ina Abon S*)     


Posting Komentar

0 Komentar