Muslimin Paron Reko
Pembentukan paguyuban ini awalnya dari sebuah WA group yang menghimpun warga
Oringbele. Group ini sebenarnya pada awal bertujuan untuk saling menyapa antara
satu dengan lainnya khususnya warga dari desa Oringbele. Dengan harapan untuk membina
persatuan atau persaudaraan antar anak-anak
rantau di luar pulau Adonara.
Lima
(5) orang warga Oringbele tadi masing -masing berada di Halmahera - Papua (1), Surabaya (1) dan 3 orang di Kalimantan. Selanjutnya kelima orang tadi itu sepakat untuk membuat arisan. Sejak saat itu (2021 ) berangsur-angsur warga Oringbele kemudian membuat arisan bulanan.
Ketika
berada di tanah perantauan tidak lepas dari pengalaman yang dilewati baik suka
maupun duka. Setahun setelah paguyuban ini mulai aktif, Gerinus Laga Doni
mempunyai anak mengalami sakit dan harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Hermina
Samarinda, Kalimantan. Kondisi ini membuat keluarga ini harus menyiapkan uang untuk
dapat membayar uang perawatan di rumah sakit tersebut.
Melihat
situasi yang dialami keluarga ini suatu kelompok lain yang ada di rumah sakit
tersebut diam-diam menghimpun dana tanpa sepengetahuan keluarga ini lalu
membayar lunas seluruh biaya perawatan anak dari Gerinus Laga Doni. “ Memang
seluruh biaya itu akhirnya dibayar oleh orang lain tanpa sepengetahuan Gerinus
Laga Doni,’’ cerita Muslimin Paron Reko saat dihubungi melalui telepon
selulernya.
Pengalaman
ini menjadi titik awal dibentuknya wadah yang bisa mebantu saat sesamnya
mengalami kesulitan termasuk biaya rumah sakit. Pembicaraan pembentukan wadah
ini mulai dibicarakan dalam kelompok arisan untuk menghimpun dana dan
kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial bagi, Oringbele desa kelahirannya.
Ketua
Umum Kita Bisa Oringbele Perantauan 2025-2026, Muslimin Paron Reko menjelaskan
ia diberi kepercayaan untuk memimpin
paguyuban ini. Kepengurusan dibantu Wakil Ketua (Domi Daeng Raya), Sekertaris
(Paulus K Siba) dan Bendahara (Petrus
Sili Mado dan Kanis Tokan).
Selain
itu kepengurusan ini dibantu kordinator wilayahseperti : Jakarta-Banten
–Jawa-Bali, Kalimantan –Makasar, Flotim –Lembata, Papua-Halmahera, Batam dan Malaysia. Tugas kordinator wilayah
menghimpun dan mendata warga Oringbele, menghimpun dana bulanan kemudian
menyalurkan dana tadi ke bendahara lalu digunakan untuk keperluan bersama,
khususnya kegiatan di Lewotana.
Siprianus
Senuken, anggota Kita Bisa Oringbele Perantauan yang menetap di Tangerang
Selatan, saat dihubungi belum lama ini mengatakan sejumlah anggota paguyuban ini tinggal di Jakarta dan
sekitarnya. Teknis pengumpulan dana biasa dilakukan petugas yang sudah
diberikan kepercayaan untuk mengumpulkan, biasanya melalui rekening. Kewajiban
tiap anggota 50.000/bulan, kemudian dana itu dikirim ke bendahara lalu dikelola
bersama untuk anggota.
‘’Jika
ada anggota aktif mengalami kedukaan mendapat santunan Rp 3.000.000 sedangkan
kakak, adik yang mengalami duka mendapat santunan Rp 1.000.000 sedangkan warga
biasa bukan anggota mendapat Rp 500.000,’’ jelas anggota paguyuban ini.
Anggota
paguyuban ini, lanjut Senuken jumlahnya belum banyak dibandingkan dengan
Malaysia, anggota aktif lebih banyak. “Saya melihat selama ini anggota yang
berada di Malaysia cukup antusias dan penuh semangat,’’ cerita Siprianus
Senuken.
Sarana
komunikasi sangat memudahkan siapapun dalam berkomunitas termasuk menjadi
anggota Kita Bisa Oringbele Perantauan. Bagi warga Oringbele yang belum
bergabung bisa mendapatkan informasi dan ikut bergabung dalam paguyuban ini.
Diakui
sejumlah angggota, kehadiran wadah ini ternyata turut menolong warga yang
mengalami kesulitan. Ini adalah bentuk kerja sama , gotong royong saling
memberikan bantuan kepada sesama, sebagai bentuk gerakan cinta Lewotana.
Kehadiran wadah ini tidak semata mata untuk memberikan bantuan tapi juga
pengadaan sarana-sarana yang diperlukan mislanya kursi, lampu, maupun tenda –
tenda untuk pesta.
Kelompok
ini telah memberikan semangat yang baik dan poitif untuk anak Lewotana di mana pun berada.
Bagaimana pun berada di tanah perantauan, bukan hanya mengabdi secara fisik
tapi keterlibatan melalui donasi dana sebagai bentuk cinta terhadap Lewotana. ***
Konradus R. Mangu
0 Komentar