LEMBATA, Gagas Indonesia Satu.con
Masyarakat adat Desa Tapobaran, penjaga
tradisi konservasi sakral “Muro Welo Matan”, hari ini secara resmi meluncurkan
Model Pengembangan Ekonomi Biru. Program perintis ini diinisiasi oleh LSM
Barakat. Direktur LSM Barakat, Benediktus Bedil Pureklolong mengatakan, program
ini bertujuan untuk mengatasi ironi yang telah lama ada: masyarakat yang
melindungi sumber daya laut justru hidup dalam keterbatasan ekonomi. “Dengan
pendekatan kolaboratif Quadruple Helix, program ini dirancang untuk
mengubah pengorbanan ekologis masyarakat menjadi berkah ekonomis, membuktikan
bahwa konservasi dan kesejahteraan dapat berjalan beriringan,” tutur Benediktus
Pureklolong.
Inisiatif ini berakar pada kearifan lokal
Muro Welo Matan,
sebuah janji adat untuk melindungi kawasan pesisir dan Tanjung Nuhanera sebagai
ruang hidup para leluhur. Praktik konservasi ini telah diakui secara hukum
melalui Peraturan Desa hingga Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. Namun,
alih-alih membiarkan tradisi menjadi penghalang ekonomi, program ini
menjadikannya fondasi untuk model pembangunan yang berkelanjutan dan
berkeadilan.
“Kearifan Muro adalah identitas dan
kekuatan kami. Program Ekonomi Biru ini bukan untuk mengubah tradisi, melainkan
untuk memberi nilai tambah pada apa yang telah kami jaga selama turun-temurun,”
ujar Petrus Damianus Pito Maing, Kepala Desa Tapobaran. “Ini adalah cara kami
memastikan bahwa laut yang sakral juga dapat menjadi dapur yang senantiasa
penuh berkah bagi anak cucu kami, tanpa mencederai kesakralan yang ada.”
Program ini diimplementasikan melalui
pendekatan Quadruple Helix, yang mensinergikan empat pilar utama, yaitu :
- Masyarakat Adat Tapobaran: Sebagai subjek
dan pemilik utama program, yang memegang kearifan lokal sebagai pemandu.
- Pemerintah (Kabupaten & Provinsi):
Berperan sebagai fasilitator yang menyediakan payung hukum, kebijakan, dan
dukungan program melalui dinas terkait seperti Dinas Pariwisata dan Dinas
Kelautan & Perikanan.
- Akademisi (Universitas Sanata Dharma):
Sebagai mitra pengetahuan yang menyediakan riset, pendampingan, dan
inovasi berbasis data dengan menghormati budaya setempat. Keterlibatan Dr.
Yoseph Yapi Taum, M.Hum. menjadi bukti nyata peran akademisi dalam proyek
ini.
- Industri (Sektor Swasta & LSM):
Sebagai mitra strategis untuk membangun pariwisata etis, membuka akses
pasar, dan mendukung investasi melalui skema seperti CSR.
Tiga Program Unggulan
Untuk mencapai tujuannya, model ini dijalankan
melalui tiga program utama yang saling mendukung sebagai berikut.
- Penguatan Industri Penambangan Garam:
Merevitalisasi produksi garam berkualitas premium merek "Muro"
yang sempat terhenti akibat Siklon Seroja. Program ini mencakup
pembangunan infrastruktur mitigasi bencana dan pembentukan badan pengelola
profesional seperti BUMDes atau koperasi untuk memperkuat manajemen dan
rantai pasok.
- Ekowisata Spiritual Berbasis Muro:
Mengembangkan paket wisata low-volume, high-value yang
"menjual" cerita dan kesakralan Muro, bukan sekadar
keindahan alam. Kegiatan utama meliputi wisata perahu mengitari Tanjung
Nuhanera yang dipandu tokoh adat, susur hutan mangrove seluas 1,5 km², dan
pemberdayaan homestay serta kuliner lokal.
- Pengembangan Produk Turunan Bernilai Tambah: Mendirikan "Dapur Komunal" yang dikelola oleh kelompok
perempuan dan pemuda untuk mengolah hasil laut. Produk yang dikembangkan
antara lain ikan asap dan ikan kering premium dengan label "Ikan
Berkah dari Perairan Sakral Tapobaran", serta abon dan sambal ikan
untuk menciptakan oleh-oleh khas.
Prof. Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., peneliti
dari Universitas Sanata Dharma yang terlibat dalam perancangan konsep,
menyatakan, “Program Tapobaran adalah contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan
modern dapat bersinergi dengan kearifan tradisional. Kami tidak datang untuk
menggurui, melainkan untuk mendampingi dan memvalidasi secara ilmiah
pengetahuan ekologis yang sudah dimiliki masyarakat, lalu bersama-sama
merancang model ekonomi yang paling sesuai dengan konteks budaya mereka.”
Dengan fondasi kearifan lokal yang kuat,
komitmen masyarakat yang teruji, payung hukum yang jelas, dan dukungan
kolaboratif empat pilar, Desa Tapobaran siap menjadi model percontohan nasional
dalam implementasi Ekonomi Biru yang menghormati warisan leluhur sekaligus
meningkatkan kesejahteraan warganya. (Yosafat Koli – Staff Penghubung LSM
Barakat).
0 Komentar