Unordered List

6/recent/ticker-posts

Rayakan Ulang Tahun dengan Luncurkan Buku

 

                                            

   

KUPANG, Gagas Indonesia Satu.com

Merayakan ulang tahun biasanya ditandai dengan tiup lilin. Tidak demikian dengan peringatan ulang tahun sebuah SMP di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tak ada sesi tiup lilin, apalagi pemotongan tumpeng dan sejenisnya. Jangan pernah pula membayangkan akan ada pesta pora dan hingar bingar musik. Tetap diawali dengan doa dalam bentuk ibadat syukur. Dirayakan secara sederhana dihadiri hanya oleh seluruh warga sekolah termasuk pengurus komite sekolah dan sebagian orang tua/wali, juga Yusael Ndun, kepala desa di sana. Tak ada pula pejabat tinggi yang diundang seperti para kepala sekolah terdekat atau kepala dinas. Apalagi bupati. Namun ada yang unik bahkan istimewa adalah dilakukannya peluncuran tiga buah buku karya para guru dan peserta didik di sekolah tersebut.

Itulah potret ulang tahun ke-8 UPTD SMP Negeri 5 Kupang Barat Satu Atap di Desa Sumlili Kabupaten Kupang NTT, Sabtu, 9 Agustus 2025. Acara peluncuran buku bahkan dijadikan sebagai puncak peringatan ulang tahun sekolah kali ini. Buku-buku yang diluncurkan merupakan karya yang dihasilkan dalam setahun terakhir hingga Juni 2025. Ketiga buku tersebut adalah “Menggenggam Mimpi”, kisah-kisah inspirasi tentang giat literasi karya Yulianti Pulungtana, sang kepala sekolah, “Kidung Mazmurku” sebuah antologi puisi karya Yakobeth Fatmoes, salah seorang guru di sekolah itu dan “Senandung Kasih”, juga sebuah antologi puisi karya sejumlah peserta didik di sekolah tersebut.


                                            

Peluncuran dilakukan oleh Thomas A. Sogen, salah seorang pemerhati dunia pendidikan dan pegiat literasi sekaligus editor.  Dalam catatan sejarah sekolah, sudah belasan buku yang berhasil ditulis dan diterbitkan. Koq bisa? Ya, bagaimana tidak? Ternyata sekolah memiliki program kegiatan ekstrakurikuler khusus tentang literasi. Para peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok menulis seperti puisi, cerita pendek, dan kisah inspirasi dibimbing oleh para guru.  Sementara para guru pun terus didorong untuk  terus berkarya dan menerbitkan karya-karya mereka. Sang kepala sekolah telah berusaha menjadi sosok panutan dan pemberi teladan dalam hal literasi. Beberapa di antara buku-buku yang ditulis oleh warga sekolah dieditori oleh Pak Thomas Sogen, mantan pengawas SMP Kabupaten Kupang ini.    

Acara diawali dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh Agnes Polin, seorang pentua gereja setempat dengan mengusung tema “Memupuk Persatuan dalam Perbedaan”. Sementara Ketua Komite Sekolah, Yulius Modok sangat mengharapkan orangtua/wali yang menitipkan anaknya di sekolah ini untuk terlibat secara aktif dalam memdampingi anak-anak di rumah, juga peduli terhadap apa yang menjadi kebutuhan sekolah yang masih membutuhkan banyak sentuhan dan uluran tangan dari berbagai pihak. “Kita tidak banyak berharap sepenuhnya pada pemerintah karena banyak yang diurus di daerah ini,” tegasnya optimis dan penuh harap.


                                        

Kepala SMP Negeri 5 Kupang Barat Satu Atap, Yulianti Pulungtana, S.Pd dalam sambutannya mengisahkan perjuangannya memimpin sekolah tersebut dengan sejumlah keterbatasan. Sejak awal berdiri, sekolah ini masih bergabung bersama SD dalam satu unit dengan bangunan yang serba darurat. Baru tahun lalu bantuan pembangunan diberikan pemerintah dan dibangunlah di lokasi baru yang saat ini ditempati sekitar 200-an meter dari jalan utama. Tanah lokasi sekolah ini merupakan hibah dari orangtua setempat bernama Iskandar Ndun. Namun hingga saat ini belum ada sertifikat tanah sekolah karena belum ada pemisahan dengan tuan tanah. Pihaknya sudah mendiskusikan persoalan ini dengan Pemerintah Kabupaten Kupang beberapa waktu lalu dan Plt. Sekda, Marthen Rahakbauw berjanji akan menyelesaikannya dengan para pihak yang terkait.

                                            

 “Kita berharap segera dilakukan pemisahan oleh pemerintah sehingga tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari,” ujar mantan Kepala SMP Negeri 6 Nekamese ini. Ia mengaku masih sangat membutuhkan sarana-sarana seperti pagar keliling, gedung perpustakaan, ruangan guru, dan kantor selain sarana WC/kamar mandi dan lapangan multifungsi (olahraga dan upacara). ***(Mariana AIAS *)              

 




Posting Komentar

0 Komentar