Unordered List

6/recent/ticker-posts

KUB St. Petrus Ziarah ke Gua Maria Bintang Kejora Bikono (edisi ketiga)


                                

                                    

                                                 Umat Basis St Petrus Sikumana Kupang 

Kupang, Gagas Indonesia Satu.com 

Dalam rangka bulan Maria pada bulan Mei tahun 2025, kelompok umat basis (KUB) St. Petrus Wilayah 3B Paroki Sta. Familia Sikumana Kupang, pada tanggal 30 Mei 2025 melakukan ziarah rohani di Gua Maria Bintang Kejora Bikono desa Baumata Kec. Taebenu Kab. Kupang. Ziarah rohani ini menjawab kerinduan umat yang sudah lama berencana melaksanakan ziarah rohani. Rencana ini sebenarnya dilaksanakan pada bulan Mei 2023,  namun ada  halangan, maka baru dilaksanakan tahun ini. 


Gua Maria ini dikelolah oleh Pastor- Pastor dari ordo Serikat Sabda  Allah (Socio Verby Divini/SVD) Provinsial Timor, yang dipercayakan kepada P. Didi, SVD dan P. Domi Kadju, SVD. Gua Maria ini sangat terpencil, jauh dari kebisingan, berada di lembah, diapit oleh dinding bebatuan, bagaikan sebuah dinding alamiah dan dilindungi oleh pepohonan yang menghijau dengan daun yang lebat rimbun, maka menjadi tempat yang aman, nyaman, hening dan khusyuk untuk kita berkontemplasi, berziarah dan  berdoa menyampaikan ujud, intensi dan harapan-harapan. 


Pada ziarah ini, didampingi oleh Suster Bonaventura, PRR, M.Pd, Kepala SMA Katolik Sta. Familia Kupang untuk memimpin doa rosario dan misa dipersembahkan P. Domi Kadju, SVD. didampingi seorang  Frater TOP dari STFK Ledalero Maumere. 


Pater Domi menyatakan bahwa kita datang berziarah dan berdoa di tempat ini bukan menyembah berhala tetapi mengekspresikan iman kepercayaan kepada Tuhan dan kepada Bunda Maria secara istimewah yang dinamakan hyperdulia, hormat kepada Bunda Maria karena imannya yang menjadi teladan bagi kita. Dalam peristiwa iman,  Maria mengunjungi Elisabeth saudaranya, menempuh perjalanan cukup jauh dari Nasareth ke Yudea dengan jalan kaki, merupakan kunjungan penuh sukacita. Elisabeth, secara spontan berujar, "Siapakah aku ini sehingga Ibu Tuhanku mengunjungi aku?". Mendengar salam Bunda Maria, melonjak kegirangan bayi dari kandungan Elisabeth. Dengan demikian, ini merupakan pertemuan tiga generasi, Elisabeth dan Zakaria, Maria dan Santu Yosep serta generasi anak dalam diri Yohanes Pemandi dan Yesus. "Pertemuan yang menghubungkan generasi", tandas Pater Domi. 


Sama halnya dengan umat KUB St. Petrus dalam ziarah kali ini, ada anak-anak, orang tua dan anak remaja, itulah gereja yang melampaui batas semua  umur dan kita dipanggil untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan melalui ekaristi yang disebut latria atau penyembahan. "Dan Maria mengantar kita untuk fokus kepada Yesus putranya, Tuhan dan juru selamat kita", tandas Pater. 

 

Dalam kotbahnya, Pater Domi mengungkapkan bahwa kita sering mengalami benturan dalam hidup, permasalahan dan kendala yang dihadapi membuat kita bisa jatuh,  namun kita harus bangun lagi. Itulah ziarah hidup kita. Untuk itu, kita butuh tangga yang menghubungkan bumi dan surga  yaitu tangga salib dan tali rosario yaitu doa-doa menuju ilahi. "Selama bulan Rosario kita telah mendoakan dengan ujud-ujud dan intensi. Namun jangan lupa mendoakan arwah yang telah meninggal dunia karena mereka tidak bisa menolong dirinya sendiri. Butuh doa rosario dan perayaan ekaristi  agar arwah dapat menikmati kehidupan abadi di surga", kata Pater menghimbau. Lanjutnya, "Paus Leo mengajarkan doa merupakan kontemplasi, merenungkan Kristus. Dan kita doa sepanjang hidup bersama Bunda Maria". 


"Bunda Maria mengandung bayi Yesus dari karunia roh Kudus. Elisabeth juga mengandung dalam usia yang sangat tua, namun bagi Allah tidak ada yang mustahil", tutur Pater Domi. Berarti ada unsur tertentu dalam hidup yaitu iman atau keyakinan. "Iman artinya berserah diri atau percaya seperti Maria.  Ada banyak hal yang menimbulkan keraguan bagi Maria, namun Maria percaya, merenung dan mencintai tugas dalam diam", kata Pater Domi. 


Pada bagian lain Pater Domi menegaskan, hidup ini penuh gejolak dan tantangan serta badai melanda kehidupan kita. Ibarat ombak, kita tidak bisa mengatur dan mengendalikan ombak besar atau kecil, namun kita harus belajar berenang dan menyelam agar jangan dibawa arus. "Dalam masa dewasa ini, ada fenomena distrupsi digital yang menimpa anak muda. Barang tekhnologi yang membuat orang pintar, namun membawa dampak anak-anak menjadi sinting, senyum-senyum sendiri di hadapan layar digital", ungkap Pater dengan nada kocak membuat suasana penuh sukacita dan humor. Artinya, anak banyak menghabiskan waktu untuk bermain dengan barang digital dan terpengaruh, melawan dan tidak mendengar nasihat orang tua. "Orang tua memberikan kegembiraan dan sukacita bagi anak dan memberi kehidupan bagi anak akan masa depan, maka batasi anak memegang barang digital ini", tegasnya. 


Menurut Pater, ada dua hal yang perlu diperhatikan setelah doa dan ziarah hari ini. Pertama, suami bertindak sebagai sopir dan konduktor dalam rumah, harus mengendalikan kehidupan rumah dan kedua ajari anak untuk melakukan pekerjaan tangan/opus manuale. "Anak-anak diajari untuk melakukan pekerjaan di rumah, mencuci piring, sapu halaman, mencuci pakaian, mencabut rumput", himbau Pater dengan nada tegas. Hal ini untuk mengurangi anak pegang HP. Artinya boleh namun harus dibatasi. 


Di akhir kotbahnya, dengan mengutip kita suci, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, dan hati yang gembira menyegarkan tulang-tulang" (Amsal: 27.22) dan "Mata yang bersinar meyukakan hati" (Amsal: 15.30). Hal ini merupakan beta endotrin atau biokimia membuat tubuh bekerja untuk memberikan imunitas terhadap tubuh kita agar kuat dan  bertahan. Untuk itu, belajar untuk  batasi informasi-informasi artinya semua informasi yang beredar di dunia digital, perlu diseleksi untuk diakses dan dikonsumsi. 


Hidup ini penuh benturan, hidup keras, tidak ada yang gampang, banyak tantangan, namun kalau jatuh maka jangan menangis dan harus bangun lagi. Dalam menghadapi kesulitan hidup dan penderitaan, latihlah anak untuk berjuang hidup. Pater mencontohkan, anak yang jatuh, jangan digendong atau dikasih  bangun, biarlah anak sendiri yang bangun.  Biarkan anak belajar sendiri mulai dari merangkak, merayap dan berdiri, agar jiwa anak jangan tidur. "Inilah namanya perjuangan hidup, struglle for life, agar membuat anak hidup lebih manusia dan manis", tutur PaterDomi. Namun dengan iman dan keyakinan bahwa Tuhan telah menjanjikan, "Saya menyertai kamu sampai akhir jaman", kata Pater mengutip ayat Injil. Ketika Tuhan turun ke bumi Ia tidak tinggalkan  surga dan tidak meninggalkan umatNya, seperti dalam  Injil Matius, 1:23,  "Seorang perempuan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan diberi nama Emanuel, Allah berserta kita". Dan setelah menyelesaikan tugas-karya dan perutusan di dunia, Ia kembali surga dan tidak tinggalkan bumi. 


Semoga Tuhan selalu menyertai keluarga dan umat KUB St. Petrus baik yang hadir dan tidak hadir.  "Pulanglah dengan penuh sukacita, tanpa ada beban karena Maria juga menerima kabar sukacita, mengunjungi Elisabeth  juga penuh sukacita", kata Pater menutup kotbahnya, yang selalu diselingi dengan humor dan ditanggapi dengan sukacita, senyum tawa gembira umat yang hadir mulai kotbah awal hingga akhir. Semoga.

                                                                 Lokasi Gua Maria 


Usai ziarah dan misa di pelataran gua Maria Bintang  Kejora Bikono, umat KUB bersama Pater Didi, SVD selaku pengelolah gua Maria dan  Suster pendamping, menikmati santap siang penuh kekeluargaan di pendopo rumah Pastoran. sedangkan Pastor Domi dan Frater tidak sempat karena ada kegiatan  lain yang sedang menunggu.   Terima kasih. (Simon Kopong Seran)

Posting Komentar

0 Komentar