(Sumber
Inspirasi: Yohanes 16:20-13)
Setelah hari
raya Kenaikan Yesus ke Surga, bacaan-bacaan kitab suci menampilkan suasana suka
cita yang meliputi para murid dan para pengikut-Nya. Suasana yang dialami oleh
para murid selama berada dengan Yesus, menampilkan dua sisi yang bertolak
belakang, kesedihan dan kegembiraan. Peristiwa kematian tragis yang dialami
Yesus, meruntuhkan kepercayaan murid pada Yesus yang selama ini menjadi andalan
mereka. Murid-murid yang selama itu ada bersama Yesus, belum seutuhnya memahami
makna hidup yang dilalui Yesus. Itu berarti misteri kematian dan kebangkitan
Yesus, hanya Allah yang tahu. Allah menjadi “motor primum,” penggerak utama sekaligus
desain ilahi dalam rencana penyelamatan manusia. Penyelamatan manusia dan dunia
tidak ditempuh dengan cara yang tidak dimengerti oleh manusia.
“Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan
bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita.” (Yohanes 16:20). Ratap tangis dan duka mendalam dari para murid
karena kehilangan sang guru. Ketika membaca dan merenungkan kitab suci yang
berkisah tentang peristiwa kematian Yesus, para murid putus asa dan bahkan
pulang kampung. Dalam kisah dua orang murid dalam perjalanan menuju Emaus,
memberikan gambaran sederhana dan manusiawi, betapa mereka kehilangan sosok
guru yang mati secara tragis. Namun dalam perjalanan menuju Emaus, justeru dua
murid berjumpa dengan Yesus yang sudah berubah rupa.
Duka cita
dunia dan para murid oleh karena kematian Yesus di atas kayu salib, tidaklah
berlangsung lama. Setelah Dia mati dan dikuburkan, pada hari ke tiga Ia bangkit
dari alam maut. Maut dikalahkan oleh Yesus. Ia mati dan dikuburkan, menandakan
bahwa Ia mati untuk menebus dan menguburkan dosa manusia. Kuasa Allah
membangkitkan-Nya, dan menghebohkan dunia. Satu-satunya orang yang mati dan
bangkit dari alam maut, hanyalah Kristus sendiri. Ia adalah jalan, kebenaran
dan hidup. Ia telah menyelesaikan tugas perutusan-Nya di dunia ini dan kembali
kepada Bapa-Nya. Dunia ditaklukan dengan kebangkitan-Nya dan hanya suka cita
yang meliputi dunia. Atau meminjam bahasa penginjil Yohanes, “Seorang perempuan
berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia
tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia
telah dilahirkan ke dunia.” (Yohanes 16:21). Tetaplah membangun harapan
pada-Nya. ***Valery Kopong
0 Komentar