berfoto bersama Sr Maria Fricenipu, FdCC
TANGERANG, Gagas Indonesia Satu.com
SEWAKTU melewati pendidikan di Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur (NTT) Maria Fricenipu pernah tinggal di asrama milik para suster S.SPS. Namun dalam perjalanan panggilan ia bukan memilih biarawati pemilik asrama ini tetapi memilih suster Canossian .
Suatu ketika
setelah menamatkan pendidikan tingkat SMA sekelompok biarawati mendatangi parokinya
dan melakukan promosi panggilan. Hadir kala itu itu para suster yang
tergabung dalam FdCC (Canossian) yang berada di Atambua. Kelompok suster ini
berbaur dan menyampaikan kepada anak muda untuk masuk bergabung dalam komunitas
suster canossian.
‘’Saat
mengikuti aksi panggilan tersebut saya merasa tertarik. Saya tidak tahu mengapa
ketertarikan itu menjadi sangat luar biasa.Selanjutnya bilang ke mama saya bahwa saya mau jadi
suster. Mama saya malahan menangis sedang bapak saya menyetujui pilihan saya,’’
cerita suster Maria Fricenipu FdCC di Sepatan, Perumahan Permata, Sabtu ( 10
April 2025).
Kehadiran
suster asal Kefamenanu, NTT ini dalam rangka promosi panggilan di Paroki
Kutabumi, Gereja St. Gregorius Agung- yang melibatkan sekitar 16 biarawan dan
biarawati selama dua hari di paroki yang berusia 12 tahun ini.
Diceritakan,
sewaktu mengambil keputusan menjadi suster, Maria telah menjalani kuliah dua
semester di Universitas Timor (Unimor). Ia membayangkan seandainya menjadi
suster ada rasa senang dalam hatinya. Setelah ia mendaftar bersama 10 teman
lainnya Maria dijanjikan untuk berangkat ke Jakarta. Nah inilah yang membuat ia
semakin semangat. Dari sebelas orang yang berangkat ke Jakarta itu sebanyak 5 orang akhirnya mengundurkan diri karena meningat orangtua merejka masing-masing.
‘’Waktu itu kata
suster Canossian seandainya mau menjadi suster maka kami siap untuk ke
Jakarta. Inilah yang menjadi sumber kesenangan saya pada waktu itu,’’ kisah Sr
Maria yang kini bekerja sebagai guru di TK dan tenaga bimbingan konseling
sebuah sekolah di Bumi Serpong damai (BSD) Tangerang Selatan.
Baru satu
tahun di Bintaro menjalani aspiran Sr Maria mengalami kecelakaan. Ia jatuh ketika mengendarai motor, bahkan mengalami pendarahan otak. Hampir selama 1 bulan ia menjalani
perawatan di Rumah Sakit Bintaro.
Sr Maria
sangat bersyukur dalam perjalanan itu ia mengalami kesembuhan. IOa mengaku
bahwa semata-mata Rahmat Tuhan yang paling berharga ia terima.
Sr Maria memaknai hidup sebagai suster ataupun pilihan lain sebagai awam adalah pilihan yang berkaitan dengan komitmen. Kalau sudah memanggil menjadi suster, artinya tetap setia terhadap panggilan itu. Maka tak mungkin ada piluhan lain selain setia terhadap panggilan, karena ia sendiri yang memanggil untuk menjalani perutusan ini. ***
Konradus Mangu
0 Komentar